04 November 2012

Lebih dari Sekadar Receh


"Mohon bantuan untuk membeli buku sekolah." Kertas itu diletakkan oleh seorang gadis kecil di meja warung makan tempat saya bersantap.

Saya bergumul bagaimana harus meresponsnya. Bukankah jika saya mengaku mengasihi Tuhan, saya seharusnya membantu? Namun, saya pernah diperingatkan adanya kelompok yang sengaja mempekerjakan anak-anak untuk mengemis.

Bisa saja saya justru turut andil membuatnya bertumbuh dengan mental peminta-minta. Apakah itu yang disebut kasih?

Yesus, yang sempurna kasih-Nya kepada Bapa, juga pernah menghadapi pengemis. Apa yang dilakukan-Nya? Dia tidak memberi receh ketika orang itu minta belas kasihan; juga tidak marah karena perjalanannya diganggu.


Dia berhenti, memerhatikan dari dekat, dan menanyakan kebutuhannya. Tampaknya si pengemis sudah mendengar siapa Yesus. Bukan sedekah yang ia minta, melainkan penglihatan yang dapat mengubah hidupnya.

Tindakan kasih Yesus tak hanya memenuhi kebutuhan si pengemis, tetapi juga membawa banyak orang memuji Allah.

Saya ingin mengikuti jejak Yesus. Jadi, meski bergumul, saya menanyakan kebutuhannya. "Buku apa yang kamu perlukan? Saya akan membelikannya untukmu."

Gadis itu terkejut. Ia bergegas menjauh. Tampaknya ia tidak benar-benar membutuhkan buku. Saya tercenung, sedih.

Tidak semua pengemis di kota Yerikho sungguh-sungguh ingin mengalami perubahan hidup. Tidak juga di Indonesia. Namun, saya belajar satu hal.

Mengasihi Tuhan itu bukan sekadar memberi receh agar saya terbebas dari gangguan, tetapi memberi diri memerhatikan kebutuhan sesama yang sesungguhnya, seperti teladan Yesus. –MEL

* * *

Sumber: e-RH, 4/11/2012 (diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini