16 Februari 2013

Mengasihi Orang Gila


Badannya tegap dan hatinya lembut. Umurnya sudah 50-an. Ia mengurusi orang gila yang berkeliaran di jalan. Ia membawa mereka ke rumahnya, dan memandikan mereka sampai bersih.

Dengan dibantu istri dan beberapa pegawai, ia lalu membimbing orang-orang itu dengan sabar dan tekun sampai mereka kembali hidup normal.


Ia berkarya tanpa pamrih, tanpa menuntut imbalan. Ia merindukan jiwa-jiwa itu mengalami keselamatan dan pembebasan. Jerih lelahnya tergantikan oleh sukacita saat menyaksikan mereka menyambut kasih Tuhan dan dipulihkan.

Tidak semua orang memiliki kasih seperti ini. Kasih yang tidak mengharapkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

Mungkin kita berpikir, untuk apa bersusah-payah mengurusi orang yang tidak kita kenal dan tidak waras seperti itu, sedangkan hidup kita saja sudah banyak masalah.

Sebuah nasihat bijak mengingatkan agar kita melakukan segala pekerjaan dalam kasih. Kasih berarti lebih mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan orang lain daripada kebutuhan atau kepentingan diri sendiri.

Tuhan sudah mencurahkan kasih-Nya yang besar dalam kehidupan kita. Ia menginginkan agar kita hidup di dalam kasih dengan melayani orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan.

Kasih Tuhan menjadi nyata sewaktu kita mulai memedulikan orang lain dan menolong mereka. Melalui kita orang percaya, kasih Tuhan yang tidak kelihatan dapat dialami dan dirasakan oleh orang banyak. —Istiasih

Kasih, seperti kehangatan, memancar dari segala sisi dan memenuhi setiap kebutuhan saudara kita. ~Martin Luther

* * *

Sumber: e-RH, 16/2/2013 (diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini